Untuk Direnungkan

Kamis, 31 Desember 2020

2020 adalah tahun yang cukup bingung untuk aku deskripsikan. Aku bersyukur 2020 gak seberat 2019. Tapi, aku pun gak bisa bohong kalo di 2020 aku juga sering merasa sedih dan kesepian.

Tahun ini, rasanya banyak sekali yang datang dan pergi di kehidupanku. Hal ini membuat aku jadi semakin mahir dalam melepaskan. Kayak, yaudah deh terserah.

Rasanya banyak sekali yang ingin aku keluhkan. Hatiku rasanya semakin patah dan kebas karena dunia. Tapi, aku juga tidak ingin menjadi hamba Tuhan yang kufur nikmat.

2020 juga menjadi tahun di mana banyak hal menyenangkan terjadi. Di tahun ini aku juga dipertemukan dengan banyak orang-orang hebat. Aku sangat mensyukuri segala hal yang menetap dan hal-hal baru yang singgah.

Di menit-menit terakhir ini, aku hanya ingin berdoa.

Yang Maha Baik, kuatkanlah aku selalu. Aku tau jalan di depan tak akan lebih mudah dari apa yang aku tinggalkan, tapi semoga aku selalu menjadi anak yang kuat dan baik kepada siapapun dan apapun. Bahkan kepada diriku sendiri. Bantu aku dengan kebaikan-Mu, Ya Allah.

Aamiin. 

Dear Future Me

Minggu, 27 Desember 2020

 Menulis ini dengan tujuan biar gak lupa dengan sisi idealis aku saat ini. Aku adalah orang yang bisa dengan mudah melukai diri sendiri untuk orang lain kalau sudah sayang. Jadi, aku ingin mengingatkan kepada diriku sendiri jika saja di masa depan ingin melakukan hal-hal bodoh.


Diriku yang aku sayangi, kalau suatu saat tiba kamu memutuskan untuk mencintai orang lain maka kamu harus memastikan lagi apakah kamu benar-benar menginginkan itu? Apakah kamu benar-benar bisa menerima dia? Apakah kamu benar-benar menyayangi orang tersebut atau hanya memproyeksikan tipe ideal kamu ke dia? Atau kamu hanya mencintai dia di dalam kepala kamu? Pikirkan lagi, ya.


Jangan takut untuk pergi kalau memang sudah bikin kamu sedih terus. Atau, kalau kamu selalu mempertanyakan diri kamu terus. Atau, kalau setengah-setengah. Atau, kalau menyakiti kamu. Kamu yang paling tau semua itu. Tapi, aku sangat berharap kamu gak merendahkan diri kamu sendiri hanya untuk cinta yang gak serius. 


Kamu berhak mendapatkan orang yang sayang banget sama kamu, kayak kamu sayang ke dia. Kamu berhak mendapatkan yang terbaik, seperti kamu yang selalu mengusahakan yang terbaik untuk diri kamu sendiri. Kamu berhak untuk itu. Tolong, jangan bodoh lagi, y a? 




We Never Know

Kamis, 24 Desember 2020

Tonight I look up at my window and see the moon. I talk a lot about you, the one who came into my life so suddenly beyond my expectations. But now you're gone, leave me with so many questions. When will our path cross each other again? Or it just happened once in our life?

We never know, my dear. We never really know. 

Hal-Hal Satu

Minggu, 13 Desember 2020

Hari ini aku akan berbicara tentang kita, sekali lagi. Tentang langit yang menyatukan kita dengan tatap. Tentang jarak yang sudah lama tak menyatu. Tentang waktu yang tak kunjung sama detiknya. Tentang kamu yang selalu aku rindu kan.

Aku sedang meraba-raba rasa, jika nanti saatnya tiba. Kamu di pelukku, dan waktu kita genggam. Kamu di sampingku, bercerita tentang apa saja yang membuatmu sempat ingin menyerah. Kamu di hatiku, selalu.

Cepat pulang, aku menunggu. Rindu sudah habis ruah di wadah. Pulanglah, sayang. Aku rindu sekali. 

10.44

Minggu, 29 November 2020

 Pagi ini aku kepikiran satu orang, itu. Menghayalkan dia lagi apa, sama siapa, apakah tidurnya kemarin nyenyak, apakah kerjaannya bikin dia sedih dan kesepian, dan kapan dia akan pulang. Dari yang awalnya berpikir untuk menyudahi saja, sekarang aku sedikit menaruh harap dan berdoa ke Tuhan agar diberi kesempatan bertemu dan berbincang. Kalau bisa lebih dari itu, atau bahkan berjodoh, lebih baik. Tapi, sebagai manusia yang awam dengan takdir ya aku manut saja dengan Penciptaku.

Kadang aku masih suka menghadirkan tanya-tanya. Apakah aku benar mencintainya as a whole human atau aku hanya memproyeksikan tipe idealku? Apakah aku benar-benar sayang dengan dia atau aku hanya memerlukan orang untuk menyelamatkan aku dari sedihnya dunia? Pertanyaan ini sering sekali muncul di pikiranku, belakangan. Lebih sering dari keterangan online yang aku lihat di whatsapp si dia. Iya, aku selalu mantengin whatsapp dia, sekadar ingin tau apakah dia masih hidup atau nggak. Kangen, sih.

Harus berapa kangen ya yang aku ucapkan biar dia dengar? Ya gak ada lah, kalo gak bilang langsung.

1.36

Sabtu, 07 November 2020

Aku masih gak bisa memaafkan diriku sendiri. Aku pikir, sudah. Tapi, malam ini tiba-tiba aku sedih banget. Kepikiran. Kayak.... duh. Sedih banget rasanya.

Karena kalau udah kepikiran ke sini, aku jadi mikir yang aneh-aneh. Merasa bahwa aku gak pantas untuk siapa pun, benci sama masa laluku, dan merasa gak pantas untuk menjadi diriku yang sekarang. It's suck, it really is. 

I know it's just a phase. It will pass. 

God, please help me to heal. 

10.10

Senin, 26 Oktober 2020

and I'm dying to know if it's killing you like it's killing me. 

Dan Lagi

Minggu, 25 Oktober 2020

Aku takut banget kalau ternyata aku selama ini cuman lari aja. Karena, setiap lagu sedih selalu mengingatkan aku sama mantan aku. Aku masih bisa ngerasain sedih dan sakitnya. Tapi, aku ya biasa-biasa aja di hari-hari lainnya. Jujur, aku takut banget.

harap harap maya

Senin, 19 Oktober 2020

 Kalau ada waktu untuk bertemu lagi, kita bertemu, ya!

bersorai.

Sabtu, 17 Oktober 2020

"di antara sekian banyak orang, kalian pernah dipertemukan, itu saja sudah jauh dari kata cukup. untuk semua cerita yang tak jadi satu, tidak apa-apa, sampai jumpa kapan-kapan."

Pagi ini, aku baru sadar. Kalau aku benar-benar sayang sama orang ini. Tapi, kali ini aku harus benar-benar mengikhlaskan. Karena aku sadar, lama-lama nggak baik untuk hidup dalam ilusiku sendiri. Karena, dianya udah pergi.

Terima kasih, ya, untuk pertemuan singkatnya. Terima kasih sudah bikin aku seneng walaupun sebentar banget. Terima kasih sudah bikin aku nemu insights baru dan melihat dunia yang jauh lebih luas.

Aku harap, semua mimpi kamu tercapai. Aku harap, kebahagiaan selalu Tuhan sisipkan di setiap harimu. Aku harap, kamu selalu dalam lindungan Tuhan. Aku harap, kamu selalu Tuhan berkahi dengan segala kebaikan-kebaikan di manapun dan oleh siapapun.

contact successfully deleted

Aku masih belum tau apakah keputusan yang aku lakukan hari ini sudah tepat atau hanya karena aku lagi impulsif aja. Tapi, sedih banget rasanya aku harus ada di titik ini lagi. Yaudah lah ya. Pada akhirnya, semuanya adalah tentang mengikhlaskan. 

I always remember

Jumat, 16 Oktober 2020

"Menurut aku, kamu asik orangnya. Kamu mau belajar terus. Tapi, kamu cuman perlu lebih yakin sama diri kamu sendiri." 

apa kabar?

Selasa, 13 Oktober 2020

Ingatanku kali ini membawaku ke masa di mana semuanya baik-baik saja. Masih SMA. Aku lagi tidur, dan mimpi aneh banget. Aku mimpi makan siomay bareng (dan diboncengin) sama temen cowok yang kepikiran untuk naksir dia pun nggak.

Lalu, mimpi itu bener-bener bikin aku kepikiran terus.

Akhirnya, kami lulus SMA. Masuk perguruan tinggi berbeda dan jauh jaraknya, bahkan gak satu kota. 

Lalu, dia kontak aku untuk suatu hal. Dan, aku gak tau kenapa pada saat itu aku mengiyakan. Sampai berbulan-bulan, tidak ada satu hari pun kami gak chat. Lalu, aku sampai di titik di mana "kok aku kangen, ya?" "aku naksir ya sama orang ini?"

Lalu, akhirnya kami memutuskan untuk berpacaran.

Makan siomay bareng yang pernah jadi mimpi di tidurku pas SMA pun kesampaian. Kadang, aku bisa senyum-senyum sendiri mengingatnya.

Kok bisa, ya?

Pada saat pacaran, aku jadi takut sekali untuk kehilangan dia. Aku gak pernah sesayang ini sama orang lain. Sampai-sampai aku selalu kebawa mimpi kalau dia bakal ninggalin aku. Dan pada saat itu aku dan dia sama sekali gak terpikirkan untuk pergi meninggalkan satu sama lain. 

And, then, it already happened. Mimpiku yang itu juga kesampaian. Dia ninggalin aku.

I cried. A lot. 

Andai dia tau, gak ada satu hari pun aku gak sayang sama dia. Andai dia tau, betapa berharganya dia buat aku. Andai, andai, andai. 

Semuanya cuman manis untuk dikenang. Sekarang aku tau, yang bisa terwujud bukan cuman mimpi indah. Mimpi buruk pun, seringkali, kesampaian juga. 

I hope he is happy, now. I'm no longer in love with him, but I don't know why it still makes me sad everytime I remember about him.

Dia sekarang benci sama aku, for things I didn't do. Dan kita sekarang benar-benar orang asing. Dan aku sudah satu tahun gak mencari tau tentang kehidupan dia, walaupun itu hal yang sangat mudah untuk aku lakukan. Tinggal, klik, ya kan?

But, I choose to just living in peace.

NOTE:
Selamat bulan Oktober untuk semuanya. Di tahun lalu, bulan Agustus - Desember adalah masa-masa terberatku. Sangat bersyukur dengan hari ini karena gak cawur kayak tahun kemaren. 🙂👍🏻

sedih

Minggu, 27 September 2020

kamu,
lampu kota malam hari, 
sepoy sepoy angin pantai, 
sejuk udara dataran tinggi, 
dan hal indah lainnya, 
yang belum sempat aku sentuh indahnya, 
tapi sudah beranjak pergi. 

Maaf, ya.

Everything about me is so complicated, and you might don't want to know about it.

Lagi-lagi harus berhadapan dengan situasi sulit. Aku gak pernah merasa diriku bener dan lebih baik dari orang lain. Aku selalu mencoba mendengarkan. Bersabar. Tapi, kalo aku doang yang begitu, ya capek juga lama-lama.

Mungkin Tuhan lagi ngajarin ke aku untuk bisa terus berkompromi ke orang lain. Untuk bisa terus ngasih tanpa minta itu balik. Tapi, Tuhan, hari ini rasanya aku marah banget. 

Capek juga ya berusaha jadi 'orang baik' kalo sendirinya ancur banget gini. Mungkin aku emang bukan orang baik kali, ya. Jadi, kerasa berat aja gitu.

Maaf, ya, untuk semuanya. Aku lagi capek banget sekarang. 

yang baik-baik untuk kamu

Kamis, 10 September 2020

Aku nulis ini pas bangun tidur, jam 5.46 AM. Aku kepikiran kamu, banget. Aku kangen kamu, banget. Aku harap tidurmu nyenyak dan diisi dengan mimpi yang indah. Dan, semoga kamu gak digigitin nyamuk, ya.

Sayang, semoga kamu bahagia selalu, ya. Semoga kamu dalam lindungan Allah selalu. Semoga apa-apa yang kamu kerjakan selalu Allah mudahkan dan membawa manfaat untuk banyak orang, dan untuk kamu sendiri. Semoga asa tak pernah putus untukmu. Semoga tawa dan senyum tak pernah putus menghiasi bibirmu. Semoga lelahmu selalu terbayar dengan banyak kebaikan dan kebahagiaan yang mengiringi setelahnya. Semoga, di hari-hari terberatmu, kamu tau bahwa kamu berharga dan banyak orang yang sayang sama kamu. 

Banyak doa baik untuk kamu, karena hanya itu yang bisa aku lakukan untuk tetap sayang sama kamu.

Ah, iya. Semoga kamu cepat pulang ke sini dengan sehat sempurna dilengkapi senyum kamu yang lebar banget itu. Aku mau liat, dan aku mau jadi alasan kamu pulang dan tersenyum. 

Maaf, ya, aku cringe banget. I'm blessed to have privilege of loving you so deeply like this.

otodidak

Selasa, 08 September 2020

Segala hal tentang kamu dan apa-apa yang aku rasa untuk kamu, aku pelajari sendiri dan aku giati sendiri. Berawal dari mengenal kamu, lalu aku belajar sendirian untuk mempelajari tentang kamu. Sampai akhirnya sekarang, aku benar-benar merasa fasih dan hafal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kamu.

Aku merasa aku sudah di halaman terakhir buku, yangmana di buku tersebut berisi tentang kamu dan langkah-langkah mengagumi kamu. Kalau sudah di halaman terakhir begini, aku jadi bingung.

Apa bukunya emang cuman 1 bagian, atau akan ada lanjutannya?

Padahal aku suka banget sama bukunya. Bahkan ada beberapa bagian yang aku baca berulang-ulang sampai aku hafal isinya. Mungkin bagi orang lain, buku ini terlalu monoton dan membosankan. Karena isinya ya kamu lagi, kamu lagi. Tapi untuk aku yang sejak awal sudah penuh isi kepalanya dengan kamu, I wouldn't mind reading this book for a thousand times more.

Lihat, aku mulai ngelantur lagi. Kali ini sama, semoga aku gak nyesel pernah nulis tulisan kayak gini. 

aku dan segala yang berenang di kepala

Selasa, 01 September 2020

Ada masa di mana aku akan benar-benar serius berpikir dan menerawang tentang masa depan, tentang apa yang benar-benar aku inginkan. Aku masih mencari dan mempertanyakan, what can I do with what I have? Apa yang bisa aku kasih untuk dunia.... eits, terlalu luas... mungkin untuk sekitar, dengan apa yang aku punya sekarang. I want to live my life to the fullest.

Aku masih harus banyak belajar dan mendengar cerita orang-orang. Tentang bagaimana mereka menemukan apa yang mereka inginkan, tentang menjadi bermanfaat, tentang bagaimana meramu yang diinginkan dan yang bermanfaat... menjadi satu. Aku penasaran, apakah semua orang yang sudah lulus dan bekerja... benar-benar sudah puas dengan hidupnya? Apakah yang mereka kerjakan sekarang adalah sesuatu yang dulunya mereka inginkan?

Di usiaku, 20 tahun lebih sedikit... aku mulai menginginkan sesuatu yang benar-benar bisa "mengisi" dalam diri aku. Bukan hanya sesuatu yang menghasilkan uang, bukan hanya sesuatu yang aku perlu untuk bisa mencapai standar sosial dalam bermasyarakat (dalam konteks ini, maksudku adalah sekolah yang bener, kuliah, lulus, dan bekerja). Dan bukan juga sesuatu yang aku kerjakan atas dasar tanggungjawabku kepada orang tuaku.

Beberapa bulan belakangan aku sangat suka sekali mendengar cerita-cerita orang-orang keren. Melihat dunia dari sudut pandang mereka, melihat suatu masalah dari perspektif mereka, dan menelusuri cara berpikir mereka. People and their perspectives never cease amaze me.

Banyak sekali rencana-rencana yang menurutku besar, berenang-renang di kepala. Sesuatu yang membuatku sedikit sakit perut karena aku sangat antusias. Tapi... bisa gak ya terwujud?

I'm still waiting for your call

Senin, 31 Agustus 2020

It's been 4 months since the last time you called me, and you promised that you'll call me back. Since then, I always wait and wait, until today I think it's enough.

Maybe you will never call. Maybe you were there just to teach me some lessons. Maybe, it's just me who let my expectations grow uncontrollably.

I never thought that our hello and good bye were that short. 

aku kangen, tapi kali ini yaudah.

I'm not good at words. or am I never good at anything? Im not sure about it yet.

Tapi, kamu mau tau gak? Akhir-akhir ini aku mulai merasa bahwa aku nih ngapain sih beberapa bulan terakhir? Banyak sekali pertanyaan yang menghantui, such as:

1. kok kita ketemu ya, dari ribuan orang... ketemunya kamu?
2. kok pas aku kangen banget dan kayak udah lah... kamu malah muncul out of nowhere? hadeh.
3. kok aku bisa kepikiran kamu terus ya?

Dan, masih banyak lagi. Yang aku tau jawabannya adalah aku cuman cocokologi aja dan semua kebetulan. Kalau pun takdir, ya sepertinya jalan kita ketemu cuman gitu doang. Gak yang lebih gitu. Kayaknya. Asumsi sotoy yang diam-diam aku berharap sih... gak gitu doang.

Sampai akhirnya aku ada di hari ini. Kayaknya aku udah capek suka sama kamu. Yang aku pengen kali ini cuman ngedoain kamu dari jauh tentang segala hal yang kamu ingin wujudkan. Segala hal baik dan keren dari kamu yang lagi kamu kerjain, semoga kelar dan ngasih kebaikan ya. Untuk siapapun. Dan, untuk kamu sendiri. 

Semoga kamu gak begitu kesepian lagi, dan nemu bahagia kamu. My dear, semoga kamu sudah bahagia dan cukup dengan diri kamu sendiri ya.

Setiap aku ingat kamu, yang aku ingat adalah kerennya kamu. Aku gak tau kenapa aku liat kamu tuh kayak bener-bener tertata semuanya. Itu juga yang buat aku yakin kalau kamu punya mimpi yang gede, usaha yang gila juga, dan kemauan yang gede juga.

Semoga kamu selalu bahagia, dan di kelilingi kebaikan di mana pun kamu berada. Semoga kamu tetap rendah hati dengan segala ilmu yang kamu punya. Semoga Tuhan selalu memberkahi setiap jalan yang kamu tempuh. Semoga kamu selalu dalam lindungan Tuhan dalam apapun yang sedang kamu kerjakan. 

I don't know if I still have another "see you, soon" with you. But I secretly hope that our path will cross each other again.

Tbh, aku sedih banget nulisnya. Dan berasa aneh. Apa yang diakhiri coba dari sesuatu yang di mulai aja nggak, ya kan? 

🙂

Rabu, 26 Agustus 2020

Aku gak tau mau nulis apa. Yang pasti ini bukan tentang kamu, yang belakangan aku kagumi. Atau kamu, yang ada di masa laluku.

Beberapa minggu terakhir, menyenangkan sekali. Banyak kesibukan. Tapi, pernah dengar kan kalau dikasih seneng yang banyak.... berarti juga siap untuk dikasih sedih? Nah, gitu lah hidupku bulan ini.

Bulan Agustus tahun lalu adalah bulan paling menyakitkan yang pernah aku lalui sepanjang hidup. Kesedihan yang membelenggu, kemarahan yang tertahan. Aku masih ingat betul bagaimana rapuhnya aku di bulan tersebut, sampai bulan-bulan lain mengikuti.

Pernah gak, mau tidur... takut mimpi buruk. Tapi, kalo gak tidur... nangis mulu. Itu aku di tahun lalu. 

Pernah gak, nangis sampai kenceng banget karena emosi dan energi bener-bener terkuras? Rasanya marah banget sama dunia. Marah banget sama diri sendiri.

Pernah gak, saking capeknya nangis... terus muntah?

Dan berbagai macam ingatan buruk lainnya, yang sampai sekarang aku masih belum bisa berdamai sepenuhnya dengannya. Rasa bersalah pada diriku sendiri, memberi porsi paling besar. Bahkan saat mengetik ini pun, aku masih ingin menangis.

Setiap harinya aku tidak pernah bosan meminta agar Tuhan selalu menemaniku, mengampuniku, dan menyembuhkanku. Maaf, Tuhan, aku masih sedih dengan hal tersebut. Tapi, aku selalu yakin kebaikan Tuhan jauh lebih besar dari apa yang menghalangiku untuk bahagia seutuhnya. 

aku kangen

Minggu, 16 Agustus 2020

Sayang,

di mana kah kamu yang selalu aku risaukan?

malamku gusar seperti kamu saat tanpa kopi,

gak enak kan?

Iya, sama rasanya.

Aku rindu,

tapi apa guna kalau tanpa pelabuhan?

Tuan seorang pelaut, Puan menunggu di bibir pantai

Akan kah Tuan berlabuh lagi?

Apakah Tuan telah pulang ke hati yang lain?

Tidak pernah tau.

Tidak sampai Puan nekat menjadi pelaut juga.


4

Ternyata udah 4 bulan ya aku tau kamu. Rasanya, sampai hari ini, aku masih pengen banget ngobrol banyak sama kamu. Tapi ya gimana ya, semuanya udah lewat begitu aja. Aku bilang di awal pasti akan bertahan 2 minggu aja.

Ah, ternyata aku keliru. 

Berakhirnya justru kurang dari 2 minggu.

Lagi apa kamu malam-malam begini? Lagi kepikiran apa sih kamu? Lagi deket sama siapa sekarang? Thesis kamu udah sampe mana? Kamu sehat, kan? Aku harap, hari-hari kamu bersinar dan diliputi kebahagiaan selalu. Kayak pas aku liat senyum kamu..

Hei, aku kangen, tau! 

Sunday Morning with You

Sabtu, 15 Agustus 2020

Hari ini hari Minggu, hari di mana kamu dan aku akan full-time berduaan. Mungkin juga dengan anak-anak kita, nanti? Ah, tapi kali ini aku mau sedikit bercerita tentang aku dan kamu dulu. Setelah subuhan, kita malah balik ke kasur lagi karena pengen ngulet lebih lama lagi. 


Lalu, paginya kamu dan aku bareng-bareng nyiapin sarapan. Atau mungkin pada hari itu jadwal aku masak, dan kamu yang cuci piring. Atau sebaliknya. Ah, suka-suka, deh! Gimana yang bikin kita seneng nantinya. Aku akan selalu bersemangat untuk membahas bagaimana menjalankan rumah tangga kita nantinya.


Masak apa hari ini? Kalau di sinetron-sinetron Indonesia, sih, biasanya makan pagi ya nasi goreng, ya. Tapi, kamu sukanya makan apa, sih? Nanti kasih tau aku, ya, kalau sudah ketemu kamu sukanya makan apa. Apa kamu juga suka minum kopi? Ah, sayangnya kopi terlalu berat untuk aku. Kalau kamu suka kopi, nanti aku akan belajar cara meracik kopi terbaik.


Selalu menyenangkan membayangkan hari-hari bersama kamu. Kamu yang entah siapa orangnya. Aku selalu berdoa ke Tuhan, agar aku dipantaskan dan dimampukan agar bisa menujumu sepenuhnya. Aku mau mencintai seluruh kamu. Bukan hanya karena kamu keren, hebat, pekerja keras, dan hal-hal baik lainnya. Aku juga ingin mencintai marahnya kamu, ngambeknya kamu, dan hal-hal lainnya.


Aku janji, siapapun kamu orangnya nanti... akan aku kasih liat tulisan-tulisan aku di blog ini. Tapi, janji juga, ya? Jangan ilfeel.


Sampai berjumpa, my dear.

manusia dan kehilangan

Sabtu, 25 Juli 2020

Setidaknya, ketika kita --manusia kehilangan segalanya... ada satu yang tidak akan pernah hilang dari kita.

Rasa menjadi manusia. 

Ini akan tetap ada dan abadi. 

Bersedih ketika gagal. Gembira ketika hal baik sedang terjadi. Gelisah ketika tak kunjung mendapat kepastian. Dan, perasaan manusiawi lainnya untuk bisa menjadi bermanfaat dan selalu menebar kebaikan di mana pun kita berada. Serta, perasaan manusiawi lainnya ketika berhadapan dengan segala turun naiknya hidup. 

Tetaplah menjadi manusia, kalau-kalau sudah bingung apa yang tersisa sebagai alasan untuk tetap hidup. 

perihal menjadi bermanfaat

Tepatnya 2 hari yang lalu, aku ketemu kucing kecil mungil. Aku gak tau kucingnya dateng darimana, tapi tiba-tiba aja ada. Terus, aku makan bentar. Setelah maghrib, aku keluar rumah lagi. Terus aku kaget ternyata kucing yang aku liat tadi, lagi teriak-teriak kesakitan dan mukanya penuh sama darah.

Terus yaudah langsung dibawa ke dokter hewan. Panik. Banget. Cuy. 

Alhamdulillah, masih bertahan hidup sampai sekarang. Dan cuman dikasih minum susu dikit-dikit. Darahnya kadang masih ada, tapi gak separah hari pertama.

Beberapa hari ini (bahkan minggu, mungkin), aku ngerasa kayak gak ada yang perlu aku. Hm, mungkin lebih jelasnya aku merasa bahwa aku gak bermanfaat untuk siapa-siapa. Aku semakin merasa kesepian dan sedih karena berasa gak punya temen haha. Tapi ya mungkin cuman perasaan aku aja.

Semakin kita tua, semakin banyak tanggung jawab yang kita emban. Hal ini kadang juga berbanding lurus dengan semakin sedikit waktu yang kita sisihkan untuk orang lain. Kita jadi semakin menjadi pemilih terhadap siapa, waktu akan kita habiskan. 

Teman-temanku yang sudah memiliki pasangan, tentu saja pasangan mereka yang menjadi prioritas. Sehingga, mungkin punya teman atau tidak yaaa bukan sesuatu yang mereka pusingkan lagi. Karena, kalau sudah punya pasangan sebagai tempat untuk berbagi... untuk apa berbagi ke tempat yang lain?

Lantas aku berpikir. Apa dulu pas aku masih punya pasangan, aku bersikap begini juga ke teman-temanku?

Tapi, aku berpikir lagi. Akan amat sangat dangkal caraku berpikir kalau aku selalu membanding-bandingkan bagaimana aku memperlakukan orang lain dan bagaimana orang lain memperlakukanku.

Jadi, aku mulai menyederhanakan pikiranku. Mungkin, perihal kebermanfaatan tidak terbatas hanya hubungan antar manusia. Semua orang bisa bermanfaat di mana saja dan untuk siapa/apa saja. Semua orang bisa menebar dan menuai kebaikan di mana pun.

Mungkin saat ini aku kurang bermanfaat untuk teman-temanku, tapi aku menemukan kebermanfaatan hidup saat aku merawat kucing kecil.

Ah, aku gak pandai dalam bercerita dan merangkai kata.

kamu lagi, kamu lagi.

Jumat, 17 Juli 2020

Lagi-lagi kepikiran kamu. Kamu yang ketawanya lucu, yang tingkahnya juga sama. Aku gak pernah bilang aku suka kamu, aku lebih memilih untuk mengejekmu dengan kata 'aneh'. Iya, kamu aneh banget. Aku lagi berusaha untuk mendeskripsikan kamu ke dalam frasa-frasa indah. Tapi, gak ada tuh yang lebih indah dari gimana cara kamu berpikir. Setidaknya bagiku, yang suka kamu dari jauh.

Aku lagi sedih. Karena aku suka banget sama kamu, Sampai aku bawa kamu ke dalam curhatku ke Tuhan. Aku bilang ke Tuhan, aku nemu cowok baik. Aku bilangin Tuhan nama kamu lengkap sama identitas kamu lainnya biar doaku cepet nyampenya soalnya spesifik. Aku bilang, menurutku kamu baik... tapi aku juga minta pendapat Tuhan. Katanya, suatu hubungan yang melibatkan Tuhan, akan panjang usianya. Aku tanya, apa kita baik untuk diri masing-masing? Nanti kita cari jawabannya sama-sama, ya. Aku berharap, Tuhan merestui. Tapi, aku cuman partikel kecil di dunia ini. Kamu aja gak liat aku, ya kan? Atau, kamu liat?

Pas lagi nulis paragraf ini, aku sambil denger Monolog-nya Pamungkas. Lagunya romantis. Kayak kamu. Tapi, kamu bilang kamu gak romantis, ya? Hm, aku jadi mikir-mikir lagi mau jatuh cinta apa nggak sama kamu. Tapi, balik lagi. Aku nunggu jawaban Tuhan. Kamu mau denger pendapatku soal romantis dan gak romantis gak? Aku harap, mau sih. Kalo kamu nggak keberatan, aku suka ngomong. Semoga nanti kamu gak bosen ya denger aku ngomong. Ah, lagi-lagi aku melontarkan pengharapan. Aku jadi takut bakal nangis kalo harapanku gak kesampaian. Harapan untuk berlabuh di kamu.

Aku mau denger suara kamu lagi. Aku kangen dikirim pesan teks singkat lagi. Aku masih pengen tau kamu lebih banyak lagi. Aku mau tau isi kepala kamu. Aku mau tau kamu lebih suka nasi goreng pake kecap atau nggak? Kamu tim bubur diaduk atau nggak? Kamu kalo makan nasi padang, pake sendok atau pake tangan? Kamu tim mie ayam atau tim bakso? Lah, makanan semua, ya? Aku harap kamu juga suka makan kayak aku. Biar nanti, kamu ku ajak keliling kota buat makan enak. Eh, kamu udah tau belum, kamu sukanya makan apa? 

Tuhan, semoga pas aku balik baca ini lagi... aku nggak nyesel.

ringkasan kamu

Selasa, 07 Juli 2020

Segelas kopi hitam
Dua ekor kucing putih jingga
Halaman luas
Si anak pintar
Senyum lebar
Pertanyaan menyebalkan
Hanya mau ditanya
Lawakan garing
Kamu. 

bentuk cinta

Barangkali suatu saat nanti aku akan lupa, jadi aku akan menuliskannya di sini. Berbagai bentuk cinta yang aku terima dari banyak orang baik di hidupku.

Setelah satu cinta di hidupku beranjak ke tempat singgahnya yang lain, aku pikir aku akan benar-benar kehilangan. Namun, nyatanya Tuhan selalu baik sama aku. Hilang satu, tumbuh seribu.

Ternyata, bentuk cinta bukan hanya ketika ada si dia yang selalu setia video call setiap malam. Cinta juga bisa berbentuk ayahku yang diam-diam berusaha menghiburku saat aku sedih. Salah satunya adalah dalam bentuk martabak ayam dari Hollywood.

Ternyata, bentuk cinta bukan hanya si dia yang selalu siap mendengarkan keluh kesahku perihal hiruk pikuk dunia perkuliahan. Cinta juga hadir dalam rupa ibuku yang mau aku jajah beberapa minggu untuk menemaniku tidur karena aku takut akan menangis malam-malam karena mimpi buruk yang datang tanpa assalamu'alaikum dulu. Gak sopan emang.

Ternyata, bentuk cinta bukan selalu pesan singkat yang dikemas manis sekali setiap harinya oleh si dia. Cinta juga hadir dalam bentuk sahabat-sahabat baikku yang selalu hadir menenangkan dan menemani saat duniaku rasanya hancur berantakan.

Cinta hadir dalam bentuk kemurahan hati temanku untuk aku ajak jalan saat sedihku gak bisa aku peluk sendirian.

Cinta hadir dalam bentuk ayahku yang kadang menjengukku saat dirasa sudah terlalu lama berdiam diri di kamar dan berusaha menenangkanku. 

Cinta hadir dalam bentuk pesan panjang yang dikirim teman-temanku untuk memberikan semangat dan menawarkan waktunya untuk aku pinjam jika aku butuh untuk cerita.

Cinta tidak selalu hadir dalam bentuk pangeran berkuda yang bilang bahwa dia mencintaiku dan selalu siap sedia bersamaku sampai mati. 

Namun, cinta di hidupku juga hadir dalam bentuk kasih sayang serta kebaikan tanpa batas dari banyak orang baik di hidupku. 

Semoga aku selalu ingat, cinta juga hadir dalam diriku sendiri. Memelukku erat dan melindungi dari segala apa yang menyakiti. 

sedang redup

Rabu, 17 Juni 2020

Rembulan sedang redup
Cerahnya langit pun hilang
Puan dilanda gelisah lagi
Sampai bertanya, "sampai kapan?"

Harapan tak pernah putus
Dirapal dengan diksi seindah dan sehalus mungkin
Berharap Tuhan tersentuh
Dan semuanya berakhir

Sedihnya menjadi berisik lagi malam ini, 
"Tuhanku yang Maha Baik, kebaikanmu selalu membanjiri langkahku. Aku tau aku belum sepenuhnya baik, tapi Tuhan... bantu aku sembuh, ya?"

be kind

Senin, 08 Juni 2020

Agak menyebalkan ketika aku bercerita atau meunggah sesuatu yang bisa dikait-kaitkan dengan masa lalu, dan dikira bahwa aku berlarut-larut atau belum move on. Padahal faktanya, ya masih berasa aja sakitnya.

Ada hari di mana aku biasa-biasa aja. Lalu, ada hari di mana aku bisa nangis banget dan menyalahkan diriku terus-terusan. Lalu, esoknya aku akan baik-baik saja bahkan untuk berbulan-bulan. Dan, akan datang lagi hari di mana aku sangat sedih dan membenci diriku sendiri.

Iya, aku lebih memilih untuk membenci dan menyalahkan diriku sendiri daripada menaruh beban itu pada orang lain.

Aku benci karena membiarkan orang lain masuk terlalu dalam di kehidupanku. 

Aku benci aku diam saja diperlakukan seperti itu oleh orang lain. 

Aku benci dengan diriku sendiri karena mengizinkan orang lain untuk mengobrak-abrik 'rumahku', menghancurkannya, lalu pergi begitu saja tanpa bertanggungjawab untuk merapikan atau menyisipkan kata maaf yang tulus.

Lalu, aku akan berpikir begini: kenapa sih aku perlu permintaan maaf dari orang lain?

Dan, akan terdengar jawaban begini: ya udah ya, biarin aja. Ikhlasin aja, ya. Udah, ya?

Berakhir dengan aku menangis secara menyedihkan. 

Aku pikir begini konsepnya: Memaafkan dan mengikhlaskan adalah pelajaran seumur hidup, dan jika di tengah jalan kamu merasa kamu gagal, tidak apa-apa. Setidaknya kamu sudah berjalan jauh dan selalu berusaha mencobanya.

Dan, untuk siapapun. Kita memang tidak bisa mengontrol bagaimana perilaku orang lain terhadap kita. Tapi, kita bisa untuk selalu berhati-hati dalam berkata-kata mau pun berperilaku. Bisa jadi, bagi kita biasa saja. Namun, bagi orang lain... menyisakan luka yang amat dalam, yang susah sekali sembuhnya.

Be kind, always. 

huru-hara

Kamis, 04 Juni 2020

Kamu selalu bilang, bahwa aku wanita yang bodoh karena mau-mau saja saat kamu mengajakku berkencan hari itu. Di setiap itu pula, aku selalu siap untuk cemberut ke kamu sembari bilang, "aku sedih kalo kamu ngomong kayak gitu". 

Tanpa harus banyak berkata, tanpa harus banyak mengutip kalimat-kalimat cinta memabukkan khas para pujangga... kita sama-sama tau kalau cinta adalah apa yang dirasa, bukan apa yang dikata. 

Kamu bilang, kamu senang liat aku mengenakan pakaian-pakaian dengan warna cerah. Katamu, itu cocok dengan kepribadianku yang meriah. Katamu lagi, sederhanaku untukmu sudah sangat mewah.

Kamu selalu mengingatkanku kalau aku begini saja sudah sangat menawan. Tapi, kamu tau kan bagaimana cara berpikir para wanita, Tuan? 1000x kamu bilang bintang terindah di langit adalah sang puan, tetap saja pikirannya gaduh seperti suara petasan di malam lebaran. 

Ah, malam lebaran. Kamu ingat gak malam lebaran saat itu? Kita keliling kota, berpikir mau berbuka dengan apa, ujung-ujungnya makan bakso di dekat rumahmu. Kita pun terkekeh, hanya karena pipiku bulat seperti bakso urat, katamu. 

Sudah 10 tahun sejak terakhir tawa itu sirna, selama itu jua sudah kewarasanku mengikutinya.

Malam ini terasa tenang. Malam-malam selanjutnya, mungkin akan seperti sebelumnya. Berisik dan riuh. Kadang tertawa geli, kadang menangis nyeri. Alasannya? Masih sama seperti hari pertama di 10 tahun yang lalu. 

Kamu. 

Mungkin ini yang sering dibilang cinta gila, mencintai sampai aku lupa apa yang tersisa

Lagi Lagi

Kamis, 28 Mei 2020

Hari ini rasanya berat. Tapi aku gak tau kenapa. Dari awal, aku sudah memperkirakan ini. Tapi, aku gak mau terlalu memikirkannya karena toh bakal kejadian juga. Gak ada satu hari pun aku gak kepikiran satu hal itu, sampai aku mual sendiri.

Nyata rasanya. Masih segar dalam ingatan. Lukanya masih sama rasanya seperti hari pertama. 

Kadang aku mau menangis sekencang-kencangnya. Ingin kehilangan akal barang sedetik saja. Agar aku bisa puas menangis tanpa berpikir apakah aku layak untuk sedih dan apakah hal tersebut pantas untuk ditangisi.

God, please, help me to heal. 

finally, breathing.

Senin, 25 Mei 2020

Sejujurnya, kalau boleh jujur, aku termasuk orang yang sangat bersyukur pada masa-masa self quarantine begini.

Selama ini aku merasa bahwa dunia terlalu cepat berputar. Sehingga, aku kehabisan detik untuk bernafas. Aku lupa caranya berhenti. Jangan kan berhenti, untuk istirahat pun rasanya diburu waktu.

Waktu terasa berjalan terus tanpa mau menungguku. Memang begitu nyatanya. Panggil aku si egois yang selalu ingin dimanja dunia. Tapi, aku sudah letih rasanya terus berlari tanpa tau tujuanku ke mana. Terus berlari, namun tetap tertinggal jua.

Selama beberapa bulan ini aku belajar untuk memelankan ritme hidupku. Belajar untuk istirahat. Belajar menerima ketika semua yang aku mau tidak berjalan sesuai mauku. Singkatnya, belajar bernafas lagi. 

Life Updates

Kamis, 16 April 2020

Akhirnya hari ini datang juga. Hari di mana aku berani untuk delete chat dari kamu. Semuanya. Sempat nangis, terus bingung, apa yang ditangisin sih? Tapi, ya sudah. Pelan-pelan, ya, Ka. 

Aku Ingin Hilang

Jumat, 10 April 2020

Aku gak tau mau nulis apa. Yang aku tau, aku sekarang benar-benar merasa ingin hilang. Aku ingin pergi dari semua orang dan berada di suatu tempat antah berantah, memulai hidup yang baru. Mungkin aku cuma lelah, ya sudah. Semoga segera berakhir. 

Selamat Melanjutkan Hidup (Tanpa Aku)

Jumat, 03 April 2020

Aku sedang di titik di mana lagi-lagi aku sadar, bahwa berapa banyak tulisan yang aku buat (baik di blog rahasia ini, di notes, atau di jurnalku) tidak dapat menyelamatkan cerita yang telah kita rangkai bersama. Cerita itu... benar-benar sudah selesai.

Aku penasaran, kira-kira sampai kapan aku akan terus menuliskanmu dalam kata? Memanifestasikan rasaku ke kamu dalam kalimat demi kalimat. Aku juga penasaran, akan berakhir seperti apakah ceritaku ini? Apakah akan berbahagia dengan orang baru, seperti kamu? Atau, aku benar-benar bisa melupakanmu begitu saja meski tanpa kehadiran orang baru?

Aku sudah mulai letih mendoakan kebahagiaanmu, karena sebagai manusia yang egois... aku kurang suka mengetahui fakta bahwa ternyata tidak ada aku dalam kebahagiaanmu. Lagi pula, aku selalu memiliki keyakinan bahwa tanpa aku merapalkan doa-doa baik untukmu... Tuhan selalu melimpah kebaikan untuk hamba-Nya yang baik.

Maka, aku lebih banyak mencurahkannya dalam doa untuk diriku sendiri. Semoga aku bisa berbahagia juga. Semoga aku bisa lepas dari jeratan masa lalu. Semoga tidak ada lagi mimpi buruk tentangmu di setiap tidurku. Semoga aku bisa tidur nyenyak dengan perasaan aman. Semoga pemaafan dan cinta selalu memenuhi diriku. Tuhan Yang Maha Penyembuh dan Maha Baik, bantu aku sembuh, ya? 

Tanggal 4

Tepat hari ini, 9 bulan sudah melalui hari tanpa kamu. Satu hal yang sangat aku takut, dan akhirnya terjadi. Kehilangan kamu. Aku pernah bilang di waktu awal kita memutuskan untuk berkencan, kalau nanti kita putus dan kamu memiliki kekasih baru... aku akan block kamu di semua media sosial yang kamu punya. Dan saat ini, aku menepatinya.

Aku sangat takut ketika dunia berjalan seperti biasa, kamu sudah me langkah maju, namun aku tetap berkutat di poros ini. Entah apa namanya. Rasanya aku berputar di situ saja. Berusaha untuk merelakan, memaafkan, berjalan jauh... lalu kemudian gagal. Lalu, aku mencoba sekali lagi, berkali-kali... gagal. Mungkin kamu benar, aku memang suka berlarut-larut. Tapi, kamu tau nggak, sebenarnya aku tidak mau begini? Apa kamu peduli, bahwa selama ini aku selalu berusaha? Apa kamu tau, kemajuan-kemajuan kecil yang hanya aku bisa melihatnya? Sudah lah, yang kamu tau aku lah yang jahat. Aku lah yang tidak mau berubah. Aku lah yang tidak mau berusaha lebih.

Sampai saat ini, foto-foto kita masih belum ku musnahkan juga. Riwayat pesan kita di aplikasi chat juga belum aku hapus. Aku masih terlalu takut menjamah itu semua. Bahkan untuk mengingat apa yang terjadi beberapa bulan belakangan ini, benar-benar membuatku sedih. Melihat foto kamu saja, aku masih sangat takut. Menyedihkan sekali, ya?


Tidak. Aku bukannya belum merelakanmu. Hanya saja, aku masih sangat sulit untuk memaafkan diriku sendiri. Aku masih sangat sulit untuk tidak merasa sedih mengingat apa yang terjadi di masa yang lalu. Aku masih saja ingin menangis melihat kamu memperlakukan aku begitu. Ya, dunia tidak hanya berputar padaku saja. Itu betul. Namun, satu pertanyaan selalu menghantui pikiranku. Do I really deserve to be treated like that?


Untuk kamu, si pria menyebalkan namun aku tau betul kebaikan hatimu yang besar... sehat selalu, ya. Semoga kamu tak lagi risau memikirkan akan seperti apa masa depan kamu nanti, karena aku tau kamu masih saja sibuk berkutat dengan pemikiran seperti itu. 

Titik Koma

Minggu, 29 Maret 2020

Aku harap kamu mengerti, bahwa yang kamu kira titik bisa jadi ternyata adalah koma. Yang kamu kira henti, bisa jadi ternyata jeda. Hidup kadang bisa terlalu membingungkan, membuat malas berpikir barang sedetik saja. Tapi, kalau ternyata koma yang kamu kira titik itu adalah apa yang benar-benar kamu yakini... ya, sudah, tak apa. 

Kangen Pake Jeans

Kamis, 26 Maret 2020

Lagi makan, lalu tiba-tiba kepikiran. Kok rada kangen ya pake celana jeans? Rasanya sudah lama banget gak pake celana jeans, sudah sejak kelas 11 SMA. Berarti, sudah 6 tahun. Wow.

Perbuatan yang cukup ekstrim yang pernah aku lakukan untuk berkomitmen gak menggunakan jeans lagi adalah dengan ngasih semua celana jeans-nya ke orang lain. Iya, semuanya. Jadi, gak ada alasan lagi untuk aku balik pake jeans lagi.

Mungkin seharusnya begitu lah aku memperlakukan kenangan yang terus terusan menghantui aku. Buang semuanya sampai tidak tersisa sekalian. Biar gak ada lagi alasan untuk menengoknya kembali. Lalu, mulai mencintai apa-apa yang ada saat ini.

Tapi, tentu saja hidup tidak semudah itu. Kalau bisa semudah itu, pasti gak bakal ada peminat karya-karya sastra melankolis mendayu-dayu yang selalu berbicara tentang kenangan, mantan, dan rasa sakit karena ditinggalkan.

Ya sudah lah, ya. Berproses emang gak mudah. Apalagi kalau kita tidak tau dan tidak bisa meraba-raba apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena pada dasarnya, manusia selalu haus akan kontrol dengan apa-apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Manusiawi.

Mungkin, karena itu lah manusia harus juga pandai berserah. Melatih sabar dan ikhlas kalau suatu waktu apa yang diinginkan dan diharapkan tidak berjalan sesuai kehendak masing-masing individu.

Pada akhirnya, tanpa kekuatan Tuhan, manusia bisa apa? 

Akhirnya Begini

Rabu, 25 Maret 2020

Pernah gak sih ada di posisi di mana kalian benar-benar ngerasa gak punya daya apa-apa atas apa yang terjadi sama kalian? Akhirnya, cuman bisa pasrah. Berdoa setiap waktu minta disembuhkan dan diberi keikhlasan sama Tuhan.

Ketika berada di level ini, benar-benar berasa doa yang dirapalkan kelewat tulus. Benar-benar dari hati. Karena ya mau apa lagi? Mau gimana lagi? Ketika keadaan sudah tidak bisa diusahakan, dan kita diminta untuk menerima dan ikhlas... pilihan satu-satunya, ya, kuatkan diri sendiri untuk itu.

Yang kuat ya, Ka. Kamu sudah bagus sejauh ini. Kamu tau betul usaha apa saja yang sudah kamu lakukan, kemajuan apa saja yang kamu capai. Walaupun mungkin orang-orang di luar sana akan mencaci kamu dan bilang kamu terlalu berlarut-larut. Yaudah, gak apa-apa. Karena pada akhirnya, yang tau banyak tentang kamu ya dirimu sendiri. Pada akhirnya, yang merawat dirimu sendiri saat semua orang sibuk mencaci dan menghakimi, ya dirimu sendiri.

Yang kuat ya, Ka. Hadapi aja. Jangan lari... lagi. Kita sama-sama, ya, Ka. 

Tentang Apa-Apa yang Tidak Terucap

Selasa, 24 Maret 2020

Aku sampai di titik itu,
memilih untuk bungkam sesekali. 
Meski bungkam yang aku miliki, 
perlahan mulai menggerogoti nafasku sampai rasanya aku sesak sekali. 

Banyak hal yang aku pilih untuk disembunyikan saja
Bukan karena dia benar, dia salah, aku benar, aku salah dalam mengeja
Tapi, 
ku pikir semua memang sudah cukup adanya. 

Mereka bilang, 
kata itu netral adanya. 
Namun, bagaimana kita mempersepsikannya yang kadang membuat kata terdengar hina.
Aneh, ya? 
Sesuatu yang cantik dan disematkan ketulusan, bisa berubah menjadi luka. 

Menulis Lagi

Sungguh aneh, di hari ini tepat jam 11.14 pagi memilih untuk menulis lagi. Sebenarnya, aku rutin nulis udah dari pertengahan tahun kemaren. Tahun termengerikan dalam hidup haha. Ketawa pake haha tapi sebenarnya jalo diingat, masih kerasa segar aja lukanya.

Beberapa minggu ini (atau bulan?) berusaha untuk memininalisir bersentuhan dengan orang banyak dan berusaha untuk menghindar dari keramaian orang-orang yang kenal aku. Semakin hari, semakin sesak rasanya.

Pernah gak kalian mikir, kalian ini lagi ngapain sih? Lari terus, tapi kenapa kok lari? Lari dari apa emangnya? Kalian berpikir bahwa kalian sedang self-healing, kalian merasa kalian baik-baik saja. And, boommmm!!! Tiba-tiba ada satu momen di mana kalian tersadar bahwa kalian tidak sedang menyembuhkan luka, tapi lari bersama luka yang masih terbuka lebar sehingga saat kalian tengok lagi luka itu... luka itu semakin membusuk ke dalam.

Lebay banget parah. 

But, that's how I felt. I thought I was fine, but I'm not.

Aku berharap aku tidak ditemukan.