Agak menyebalkan ketika aku bercerita atau meunggah sesuatu yang bisa dikait-kaitkan dengan masa lalu, dan dikira bahwa aku berlarut-larut atau belum
move on. Padahal faktanya, ya masih berasa aja sakitnya.
Ada hari di mana aku biasa-biasa aja. Lalu, ada hari di mana aku bisa nangis banget dan menyalahkan diriku terus-terusan. Lalu, esoknya aku akan baik-baik saja bahkan untuk berbulan-bulan. Dan, akan datang lagi hari di mana aku sangat sedih dan membenci diriku sendiri.
Iya, aku lebih memilih untuk membenci dan menyalahkan diriku sendiri daripada menaruh beban itu pada orang lain.
Aku benci karena membiarkan orang lain masuk terlalu dalam di kehidupanku.
Aku benci aku diam saja diperlakukan seperti itu oleh orang lain.
Aku benci dengan diriku sendiri karena mengizinkan orang lain untuk mengobrak-abrik 'rumahku', menghancurkannya, lalu pergi begitu saja tanpa bertanggungjawab untuk merapikan atau menyisipkan kata maaf yang tulus.
Lalu, aku akan berpikir begini: kenapa sih aku perlu permintaan maaf dari orang lain?
Dan, akan terdengar jawaban begini: ya udah ya, biarin aja. Ikhlasin aja, ya. Udah, ya?
Berakhir dengan aku menangis secara menyedihkan.
Aku pikir begini konsepnya: Memaafkan dan mengikhlaskan adalah pelajaran seumur hidup, dan jika di tengah jalan kamu merasa kamu gagal, tidak apa-apa. Setidaknya kamu sudah berjalan jauh dan selalu berusaha mencobanya.
Dan, untuk siapapun. Kita memang tidak bisa mengontrol bagaimana perilaku orang lain terhadap kita. Tapi, kita bisa untuk selalu berhati-hati dalam berkata-kata mau pun berperilaku. Bisa jadi, bagi kita biasa saja. Namun, bagi orang lain... menyisakan luka yang amat dalam, yang susah sekali sembuhnya.
Be kind, always.